Lightyear (2022) Film Review
Cerita boneka hidup di film Toy Story sudah berakhir di tahun 2019 lalu. Akan tetapi, nampaknya Pixar Animation Studios dan Walt Disney Pictures masih tetap ingin mengulik lebih dalam karakter ikonik dalam frachise tersebut, dan sebagai buktinya, muncullah film Lightyear yang dirilis pada bulan Juni lalu.
Saat melihat trailer-nya, jujur saya tidak memiliki ekspektasi apa -
apa terhadap film ini. Mungkin karena konsepnya yang udah berubah drastis dari
film Toy Story, sama karakter utamanya, Buzz Lightyear, yang bukan
karakter Toy Story favorit saya dulu waktu masih anak - anak. Akan
tetapi, selain faktor itu nampaknya film ini oke - oke saja, terlihat sama
mewahnya dengan film Disney lainnya. Setidaknya seperti itulah opini
sekilas saya terhadap trailer-nya, sampai akhirnya muncul berbagai
kasus di balik film ini hingga gajadi tayang di 14 negara, termasuk Indonesia.
Lightyear dinilai sengaja menampilkan adegan kaum "pelangi" yang tentu
sangat dilarang keras di negara ini, mengingat filmnya yang ditujukan untuk
anak - anak. Tak sampai disitu juga, dari beberapa berita yang saya baca,
nampaknya pihak Disney juga tetap bersikukuh untuk mempertahankan
adegan tersebut, sehingga mau gak mau film Lightyear dilarang tayang di
beberapa negara.
Nah, karena filmnya gajadi tayang di Indo, akhirnya saya nyoba nyari versi
bajakannya, eh ketemu beneran, walaupun formatnya masih WEBrip.
Setelah menontonnya, menurut saya Lightyear tidak seburuk yang orang
kira, namun di sisi lain ini film kayaknya emang nggak cocok buat ditonton
sama anak - anak.
Film ini mengisahkan tentang Buzz Lightyear yang terdampar di sebuah planet
misterius saat melakukan penjelajahan luar angkasa sebagai seorang
Space Ranger. Timeline filmnya bisa dibilang berhubungan dengan
timeline Toy Story, namun tidak sepenuhnya berkaitan. Di awal film
dituliskan bahwa Lightyear merupakan film yang dulu Andy lihat di
tahun 1995, yang kemudian membuat Buzz Lightyear begitu populer sampai
mainannya menjadi salah satu hadiah ulang tahun Andy.
Ceritanya film ini kan sangat populer di tahun 1995, tapi kalau melihat dari
keseluruhan ceritanya rasanya kok nggak masuk akal banget kalo Buzz Lightyear
jadi trend. Apalagi, karakter Buzz Lightyear di film ini benar - benar berubah
total dari yang ada di film Toy Story, membuat koneksinya makin terasa
janggal.
Inti cerita dari film ini yang mengisahkan tentang perjalanan waktu sangat
tidak relevan buat ditonton anak - anak. Bukan karena konsepnya yang nggak
bagus, tapi karena ceritanya yang sangat berat sehingga membuat mayoritas anak
- anak mungkin akan merasa bosan saat menontonnya.
Fase pertengahan film ini juga berjalan dengan sangat lambat, tak memiliki
banyak adegan yang intens, benar - benar membuat saya bosan. Untung saja, ada
robot kucing bernama Sox yang bikin saya tetap betah menonton film ini sampai
akhir. Daripada Buzz Lightyear, saya rasa Sox lebih masuk akal buat jadi
hadiah ulang tahun buat Andy kalo ceritanya dibikin kayak di film ini.
Ada banyak sekali potensi yang tidak dimanfaatkan dengan baik di film
Lightyear ini. Salah satunya yang sangat saya sayangkan adalah karakter
villain utama, Zurg, yang seharusnya menjadi karakter villain yang
badass. Karakter Zurg di film Lightyear seolah seperti sampah
yang tidak bisa didaur ulang, hanya bisa dibuang tanpa bisa diperbaiki lagi.
Wibawa Zurg sebagai seorang villain makhluk luar angkasa yang seram dan kejam
di film Toy Story 2
dijatuhkan dengan begitu keras di film ini, hanya menyisakan desain
karakternya saja yang bagus, namun selain itu semuanya mengecewakan.
Adegan "pelangi" yang menjadi kontroversi dalam film ini sebenarnya juga tidak
memiliki kontribusi yang besar pada cerita, tapi entah kenapa Disney masih
tetap nggak mau menghapusnya. Kalau begini kan jadinya kelihatan banget kalo
Disney memang memiliki niat buat mempromosikan kaum tersebut lewat film
animasi mereka. Udah nggak habis pikir lagi dah, tapi ya mau gimana lagi,
emang faktanya kayak gitu.
Walaupun ada banyak sekali kelemahan yang ada di film ini, namun tetap tak
bisa dipungkiri bahwa Lightyear merupakan film yang sangat megah,
khususnya dalam segi animasinya. Seluruh detail yang ada benar - benar
ditampilkan dengan sempurna, membuatnya enak dipandang waktu menontonnya. Tone
warnanya yang cerah juga sangat menarik perhatian anak - anak, walaupun memang
cerita yang dibawakan sangat berat untuk diberikan ke anak - anak.
Sox sebagai robot kucing pendamping Buzz Lightyear juga berhasil
mencuri spotlight utama di film ini. Dengan tingkah lakunya
yang lucu, menjadikan Sox sebagai karakter yang mungkin paling diminati oleh
mayoritas penonton, termasuk saya.
Overall, Lightyear merupakan film animasi yang megah dan cocok
buat ditonton oleh semua kalangan. Mungkin saja alasan Disney membuat cerita
dari film Lightyear ini agak berat karena mereka ingin film ini
juga relevan buat ditonton oleh orang dewasa.
SCORE
5/10
Lightyear menjadi film animasi yang cukup menyenangkan. Namun
sayangnya, berbagai kekurangan dan kasus yang ada di baliknya
membuat film ini merusak nama baik franchise Toy Story yang sudah
puluhan tahun berada di masa kejayaannya.
Film ini mungkin saja bisa tayang di Indonesia jikalau adegan palling
kontroversialnya dihapus. Padahal adegannya nggak sampai semenit, tapi ya mau
gimana lagi pihak Disneynya juga tetap gamau ngehapus.
TRAILER
***
Sekian review dari saya mengenai film Lightyear. Jika ada kritik
maupun saran dari kalian, silahkan tulis saja di kolom komentar.
Jangan lupa untuk selalu kunjungi blog ini untuk mendapatkan konten
review film
menarik lainnya.
Terima kasih.
TAGS:
Action
Adventure
Movie Review
Science Fiction
0 Response to "Lightyear (2022) Film Review"
Post a Comment