Review Film Let Me Eat Your Pancreas (2017), Drama Romansa Remaja yang Penuh Makna

Review Film Let Me Eat Your Pancreas (2017)

Cinta dan Sahabat, pasti kalian sudah paham betul arti dari keduanya, tapi bisakah kalian membedakannya? Jawabannya tidak semudah yang kalian pikirkan, bukan?

Kisah tentang percintaan dan persahabatan memang tidak jauh berbeda, keduanya berhubungan dengan rasa kasih sayang dan saling memahami satu sama lain, seperti yang dialami oleh Haruki Shiga (Takumi Kitamura) ketika masih duduk di bangku SMA.

Shiga dikenal sebagai seorang pria yang penyendiri, setiap waktu luang yang dia punya hanya dihabiskan untuk membaca buku saja, tanpa ada seorang pun yang bisa dia ajak bicara. Dikarenakan tidak ada teman yang dekat dengannya, dia pun menjadi petugas perpustakaan, setidaknya buku - buku di perpustakaan mampu membuat waktunya lebih bermakna.

Kesehariannya yang sangat membosankan itu terus dijalaninya, sampai suatu ketika dia membaca buku diary milik teman kelasnya. Diary itu tidak sengaja dia temukan saat berada di rumah sakit, dan setelah membaca beberapa kalimat di dalamnya, terungkap sudah bahwa diary itu ternyata milik Yamauchi Sakura (Minami Hamabe), siswi paling populer di kelasnya. Dari dalam diary tersebut tertulis bahwa Sakura ternyata sedang menderita penyakit Pankreas dan hidupnya divonis hanya akan berlangsung beberapa tahun lagi.

Belum sempat Shiga membuka halaman berikutnya, Sakura pun memanggilnya dari belakang. Tak seperti apa yang Shiga bayangkan, wajah Sakura ternyata penuh dengan senyuman ketika dia meminta buku diary itu. Aneh memang, seorang gadis yang hidupnya tidak bakal lama lagi itu masih bisa tersenyum semanis itu. Tanpa pikir panjang Shiga pun memberikan buku itu padanya, ekspresi wajah Shiga ternyata tidak berubah sama sekali setelah membaca buku diary itu, sehingga membuat Sakura akhirnya tertarik untuk berteman dengannya.

Saya sebenarnya tidak memiliki ekspektasi apapun sebelum menonton film ini, tapi setelah menontonnya saya sedikit terkejut dengan uniknya alur cerita yang dibawakan, tentang persahabatan antara seorang gadis extrovert yang memiliki penyakit kronis dengan pria introvert yang jarang berinteraksi dengan orang lain. Dua kepribadian yang sangat jauh berbeda itu dipadukan, dan hasilnya penuh dengan momen yang bikin mata kalian terpana melihatnya.

Saya suka bagaimana film ini bercerita, tidak tergesa - gesa, tapi tidak terlalu lambat juga, alurnya benar - benar dikemas dengan sangat menarik sehingga 2 jam durasi filmnya seolah hanya terasa seperti 30 menitan saja. Tentu saja hal itu didukung juga oleh akting dari para aktornya yang patut diacungi jempol, khususnya aktor yang berperan sebagai Shiga yang mukanya sangat mirip saat masa remaja sampai masa dewasanya.

Minami Hamabe yang berperan sebagai Sakura juga tidak kalah bagusnya. Di sepanjang filmnya berlangsung dia berhasil tampil sebagai gadis extrovert yang mampu menutupi semua masalah yang sedang terjadi dalam dirinya. Sakura tidak ingin membuat orang - orang di dekatnya khawatir dengan kondisinya, makanya dia selalu tersenyum dan menghabiskan waktu - waktu terakhirnya dengan penuh kebahagiaan.

Lain halnya dengan Shiga yang malah terlihat murung setiap harinya. Dia tidak memiliki penyakit mematikan seperti yang Sakura derita, tapi dia seolah terlihat terbebani oleh dirinya sendiri di sepanjang hidupnya. 

Film ini menjelaskan arti kehidupan manusia yang terlihat dari karakter Sakura dan Shiga. Sering kali kita sebagai manusia lupa dengan rasa syukur yang telah diberikan oleh Tuhan karena sudah dibekali dengan tubuh yang sehat, sama seperti Shiga yang setiap harinya malah murung dan tidak memanfaatkan setiap waktunya yang berharga. Padahal, Sakura yang hidupnya tidak lama lagi saja masih bisa tertawa dengan tulus, wajahnya bahkan selalu ceria setiap saat seolah tidak terjadi apa - apa.

Saya jadi teringat kalimat yang dilontarkan oleh Sakura waktu di perpustakaan. 

"Apa kamu tidak masalah jika tidak melakukan sesuatu yang kamu mau? Karena besok mungkin kamu duluan yang akan mati. Baik aku atau kamu, nilai hidup kita itu sama."

Kalimat itu menegaskan bahwa hidup setiap manusia tidak bisa didefinisikan oleh waktu. Memang benar kalau hidup Sakura di film ini telah divonis oleh dokter hanya akan bertahan beberapa tahun lagi, tapi bisa saja malah Shiga yang meninggal duluan entah itu karena dibunuh, kecelakaan, atau hal lainnya. Pada intinya, tidak ada yang tahu berapa lama lagi waktu yang tersisa, sehingga pergunakanlah waktu yang ada sekarang dengan sesuatu yang kalian inginkan.

Sepertinya dari tadi saya melontarkan kata - kata bijak, karena film ini emang penuh sekali dengan makna. Ada banyak sekali amanat yang bisa kalian ambil maknanya untuk diterapkan ke dalam kehidupan sehari - hari.


SCORE

8/10

Overall, Let Me Eat Your Pancreas merupakan film yang sangat worth it buat kalian tonton. Entah kalian mau nonton versi anime atau live action-nya, menurut saya keduanya tidak berbeda jauh, alur dan konfliknya masih sama juga kok jadi terserah kalian mau nonton yang mana.

Tapi, saran saya sih mending tonton versi live action-nya, karena selain akting dari para aktornya yang memukau, emosi yang muncul lebih terasa sehingga kalian sebagai penonton dapat lebih merasa simpati kepada setiap karakternya.


TRAILER


***

Sekian review dari saya terkait film Let Me Eat Your Pancreas (2017). Perlu diingat bahwa seluruh isi dari postingan ini hanya berasal dari opini saya pribadi. Oleh karena itu, jika ada dari kalian yang memiliki tambahan mengenai film ini, silahkan beritahu saya lewat kolom komentar di bawah.

Jangan lupa untuk selalu kunjungi blog ini untuk mendapatkan informasi menarik seputar film dan series.

Terima kasih.

Dava

Hanya seorang manusia biasa yang hobi nonton film dan main game

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form