Konflik dan perang, keduanya merupakan topik yang dominan dalam sejarah peradaban umat manusia. Entah apapun masalahnya, manusia memang sangat suka dengan yang namanya konflik, bahkan di dunia yang damai sekarang pun masih ada banyak sekali konflik yang terjadi di luar sana.
  Lantas, apa faktor penyebabnya? Tentu saja beraneka ragam, tapi yang pasti
  faktor utamanya yaitu ketamakan yang sudah melekat dalam diri manusia itu
  sendiri sejak dia diciptakan. Jika bukan karena rakus, manusia tidak akan mau
  berkonflik, apalagi sampai memicu sebuah perang.
  Berbicara mengenai perang, tak lengkap rasanya jika kita tidak membahas Perang
  Dunia, perang yang memberikan luka besar dalam sejarah umat manusia. Perang
  ini juga lah yang menjadi inti cerita dari film karya sutradara Edward Benger
  ini.
   All Quiet on the Western Front menceritakan kisah dari seorang pemuda
  bernama Paul Baumer (Felix Kammerer) bersama dengan tiga rekannya yakni Franz
  Muller (Moritz Klaus), Albert Kropp (Aaron Hilmer), dan Ludwig Behm (Adrian
  Grunewald) yang ikut serta menjadi tentara selama masa Perang Dunia I
  berlangsung. Mereka berempat dengan semangatnya pergi ke medan perang setelah
  menerima pidato heroik tentang imbalan dan jasa yang akan diberikan sebagai
  seorang tentara.
  Senyum yang penuh semangat dari keempat pemuda tersebut seketika lenyap ketika
  sampai di medan perang. Kacaunya suasana peperangan, ditambah dengan minimnya
  pasokan makanan dan air bersih membuat mereka menyesali keputusannya. Namun
  apalah daya, mau tidak mau mereka sekarang harus bertaruh nyawa dan berjuang
  di garis depan demi membela tanah air mereka.
  Jika film 1917 memberikan sentuhan drama perang yang melankolis,
  maka All Quiet on the Western Front ini menjadi kebalikannya. Tidak ada
  drama, semuanya dipenuhi dengan ledakan dan tembakan, persis seperti dengan
  apa yang kalian harapkan ketika menonton sebuah film dengan tema peperangan.
  Yap, adegan action dalam film ini memang sangat padat, bahkan di awal film
  saja kalian sudah disuguhi dengan beberapa scene baku tembak yang cukup sadis.
  Plot ceritanya yang solid juga menjadi alasan mengapa film ini disukai banyak
  orang. Edward Benger sebagai sutradara sepertinya tidak mau memberikan porsi
  yang berat pada cerita, karena dia tahu yang diinginkan penonton pasti
  hanyalah scene baku hantam antar prajurit yang ganas dan liar. Dan benar saja,
  film ini pada akhirnya berhasil mendapatkan banyak pujian dari para
  penontonnya. Skor 7,8 di situs IMDb saya rasa sudah menjadi nilai yang bagus
  untuk menggambarkan berbagai keunggulan yang ada di film ini.
   All Quiet on the Western Front ini sepenuhnya dikemas dengan bahasa
  Jerman, membuat nuansanya terlihat makin realistis. Aktor yang berperan pun
  berhasil membawakan karakter mereka dengan cukup baik. Saya sendiri sangat
  suka dengan peran dari Felix Kammerer sebagai Paul yang di awal film terlihat
  polos hingga berubah menjadi orang yang pendiam seiring dengan banyaknya
  pertempuran yang dia lalui.
  Gaya sinematografi film ini juga sangat memukau mata. Dari awal saya sudah
  suka dengan bagaimana cara Edward Benger menampilkan potongan - potongan scene
  singkat sebagai prolog. Kita sebagai penonton seolah dibuat paham dengan apa
  yang terjadi dengan dialog yang seminim mungkin. Skor musiknya pun sama
  bagusnya, meski bagi saya di beberapa adegan musiknya terlalu keras, rasanya
  udah kayak lihat scene jumpscare di film - film horor, tapi masih oke lah,
  masih bisa dimaklumi.
SCORE
8/10
  Beberapa tahun ini film dengan tema peperangan mayoritas memang hasilnya
  memuaskan semua, begitu juga dengan film
  All Quiet on the Western Front ini yang banyak mendapat pujian baik
  dari audience maupun kritikus. Menurut saya film ini berhasil menampilkan
  bagaimana kacaunya keadaan selama perang dunia I dilihat dari sudut pandang
  tentara Jerman.
  Meski durasinya tergolong lama, film ini mampu menyajikannya dengan baik,
  ceritanya solid, penokohannya bagus, meski masih terdapat beberapa karakter
  yang bagi saya kurang mendapatkan spotlight lebih, khususnya terdapat pada
  karakter "Kat" Katczinsky (Albrecht Schuch) yang rasanya sampai akhir film
  kurang ngena aja gitu buat penonton, padahal harusnya dia lah yang menempati
  posisi kedua setelah karakter utama, tapi kayak masih kurang aja gitu
  pendalaman karakternya.
   Overall, All Quiet on the Western Front ini menjadi rekomendasi film
  yang bagus buat kalian penyuka film perang yang penuh dengan adegan baku
  tembak. Pokoknya berbanding terbalik dah sama film 1917 walaupun
  keduanya sama - sama mengusung tema tentang perang.
TRAILER
***
  Sekian review dari saya mengenai film
  All Quiet on the Western Front.  
  Perlu diingat bahwa seluruh isi dari postingan ini hanya berasal dari opini
  saya pribadi yang sifatnya subjektif. Maka dari itu, jika ada dari kalian yang
  ingin memberikan tambahan silahkan langsung tulis saja di kolom komentar.
Terima kasih.
