Masih ingatkah kalian dengan kepopuleran film The Medium dari Thailand pada tahun 2021 lalu? Waktu itu The Medium sangat ramai dibicarakan karena berhasil nyajiin horor dokumenter yang sangat bagus, baik dari segi produksi maupun alur ceritanya.
Abis The Medium sebenarnya udah mulai sepi lagi nih film ataupun
series dari Thailand yang sukses go internasional. Sampai akhirnya
muncul juga satu series di penghujung tahun 2024 yang sukses menyita
perhatian saya.
Kalo dilihat dari judulnya sebenarnya agak random, tapi ternyata ceritanya
jauh lebih baik dari apa yang pernah saya ekspektasikan. Seperti yang udah
saya tulis di judul, series yang saya maksud disini yaitu
Don't Come Home, karya sutradara Woottidanai Intarakaset yang rilis
di Netflix pada bulan Oktober tahun 2024 kemarin.
Don't Come Home ini merupakan sebuah mini series yang hanya berisi 6
episode saja. Menceritakan tentang Varee (Woranut Bhirombhakdi) serta
anaknya, Min (Ploypaphas Fonkaewsiwaporn) yang baru saja pindah ke rumah
peninggalan orang tuanya. Namun, setelah menetap 3 hari di rumah itu, Min
mendadak menghilang tanpa jejak. Udah cukup sampai situ aja sinopsisnya
soalnya kalau diterusin bakal spoiler.
Nah buat kalian yang belum nonton dan masih ragu apakah series ini
worth it ditonton atau tidak, langsung saja saya kasih tahu sekarang
bahwa series ini worth it banget buat kalian tonton.
Saya sengaja langsung ngasih tahu jawabannya dari awal, karena pembahasan
berikutnya bakal penuh dengan spoiler. Maka dari itu, buat kalian
yang belum nonton mending tonton aja dulu, ntar kalau udah kelar baru deh
balik lagi kesini buat baca review-nya sampai abis.
Balik lagi ke pembahasan utama. Awalnya saya kira
Don't Come Home adalah series yang pure ngasih
genre horor, sebab di episode pertamanya saja udah lumayan banyak tuh
penampakan hantu yang muncul. Tapi, ternyata anggapan saya itu dipatahkan di
episode dua dimana genre-nya langsung berubah drastis ke
mystery crime.
Waktu masuk episode tiga, dibelokin lagi ke genre science fiction, sampai akhirnya puncaknya ada di episode empat waktu
scene flashback-nya diputar. Dari scene itulah benang merah dari
series ini kelihatan kalau sebenarnya ceritanya tuh ngusung tema
time travel.
Gila banget sih, saya masih nggak nyangka gimana sutradaranya bisa mikirin
konsep kayak begini. Setiap episodenya tuh punya genre yang berbeda,
seolah dibikin kayak antologi, tapi seluruh karakter, konflik, dan alur
ceritanya tetap nyambung satu sama lain.
Udah gitu, detail - detail yang muncul juga diperhatiin banget, mulai dari
scene paling awal banget nih waktu Varee dan Min masih dalam perjalanan
menuju rumah. Lewat scene itu saja sebenarnya kita udah dibuat penasaran
kenapa Varee harus nyuruh Min buat sembunyi waktu isi bensin sama mampir ke
minimarket. Raut mukanya kayak gelisah gitu, selalu tengok kiri - kanan,
bahkan sampai maksa buat nyetir terus sampai hampir nabrak truk.
Dan nanti di episode selanjutnya, mulai dikasih tau tuh kalau sebenarnya
Varee sedang menjalin hubungan yang sangat toxic dengan suaminya yang
merupakan seorang komandan polisi. Makanya sejak awal dia tuh selalu
merasa was - was, sebab dia takut lokasinya bisa dilacak sama sang
suami.
Misteri yang muncul juga nggak kalah menariknya karena berkali - kali
berhasil nggocek saya waktu nonton. Contohnya aja di episode satu kan
dikasih tahu kalau Varee dengan sengaja menyuruh Min untuk sembunyi waktu
mereka sedang mampir di pom bensin sama di minimarket. Ternyata scene itu
mengarah ke misteri yang baru yang dibahas di episode 2 waktu Varee
diinterogasi oleh pihak kepolisian.
Penonton mulai dibuat bertanya - tanya apakah Varee itu beneran pergi
bersama Min atau sebenarnya selama ini dia hanya sedang berhalusinasi, sebab
sejak awal tidak ada satu orang pun yang melihat keberadaan dari Min.
Misterinya tuh kayak dibelokin terus aja gitu sampai akhirnya semuanya baru
nyambung di episode empat. Di episode inilah inti cerita dari
series ini mulai terkuak.
Keberadaan Varee dewasa yang udah nongol sejak episode satu sekarang penuh
tanda tanya karena sebenarnya Varee yang asli sudah meninggal di tahun 1991.
Lantas darimana asal Varee dewasa? Anak siapakah dia? Pertanyaan itulah yang
menjembatani seluruh misteri yang muncul sejak episode pertama.
Jika dilihat secara garis besar, Don't Come Home ini emang bisa
dikategorikan sebagai series time travel yang bagus. Pendekatannya
yang unik dengan memadukan banyak genre dalam setiap episodenya
sukses dalam memberikan kejutan kepada para penontonnya.
Untuk dari segi kekurangannya mungkin terletak pada kurangnya penjelasan
mengenai mekanisme dari mesin waktunya. Kita hanya diberitahu bahwa mesin
waktunya tercipta lewat generator yang diambil dari PLTA. Selebihnya gaada
lagi detail yang diperlihatkan.
Reaksi dari Panida (Ibu Varee) waktu berhasil nyalain mesin waktunya juga
terasa janggal. Sebagai ilmuwan seharusnya dia mempertanyakan kenapa Varee
bisa muncul disitu, bukannya malah mengurung dan meninggalkannya begitu
saja. Waktu diberitahu pun Panida malah denial dan menganggap kalau
Varee adalah orang random yang berusaha untuk mengambil Min darinya.
SCORE
7/10
Don't Come Home emang masih kalah kalau dibandingin sama series
time travel lainnya, namun setidaknya series ini mampu memberikan
kejutan yang menarik dalam setiap episodenya.
Alur ceritanya pun tak dibuat terlalu kompleks, sehingga penonton awam pun
pasti bisa paham walaupun cuma nonton sekali doang. Nggak kayak
Dark
atau Caddo Lake yang harus nonton berkali - kali dulu baru bisa
paham.
TRAILER
***
Sekian review series Don't Come Home (2024) dari saya.
Perlu diingat bahwa seluruh pembahasan diatas hanya berasal dari opini saya
pribadi. Oleh karena itu, jika kalian punya opini yang berbeda seputar
series ini silahkan langsung tulis saja di kolom komentar.
Jangan lupa selalu kunjungi blog
Film Corner
untuk mendapatkan informasi seputar review film dan series menarik
lainnya.
Terima kasih.