Film perang dengan banyak adegan baku tembak memang sudah cukup mainstream untuk dilihat. Nampaknya, Sam Mendes sebagai sutradara tahu betul akan hal itu, sehingga dia mencoba untuk membuat film perang dari sudut pandang lain, sudut pandang yang jarang kalian temukan di film lain. Dan benar saja, ketika resmi ditayangkan, film 1917 mampu membuat banyak orang terpukau, saya adalah salah satunya.
Film ini tidak memiliki CGI yang bagus, konfliknya juga minim, plot
ceritanya pun nggak dibuat ribet sama sekali. Hanya satu hal saja bagi saya
yang membuat film ini begitu menawan, yaitu pada gaya sinematografinya. Di
sepanjang durasinya, 1917 menggunakan teknik one shot, sebuah teknik
yang sangat jarang digunakan dalam pembuatan film. Seingat saya, film lain
dengan teknik serupa yang terakhir kali saya tonton yaitu film Birdman yang rilis pada tahun 2014 silam.
Buat kalian yang belum paham, one shot merupakan teknik yang
digunakan oleh sutradara untuk membuat filmnya terlihat terekam tanpa
melakukan cut. Artinya, dari awal sampai akhir durasinya kalian akan
melihat adegan yang seolah direkam dalam satu kali take saja, kayak
nggak kepotong aja gitu.
Sebenarnya, dalam pembuatannya ada banyak sekali take yang
diperlukan, hanya saja sang sutradara harus selalu menyambungkan setiap
adegan tersebut dengan halus, semuanya harus terlihat seolah tanpa
cut sama sekali. Proses tersebut disebut dengan continuity.
Keunggulan film dengan teknik one shot yaitu kalian sebagai penonton
akan merasa lebih dekat dengan karakter utama. Pengembangan karakternya pun
akan terasa sempurna, meskipun ceritanya jadi terasa sangat lambat, memang
disitu kelemahannya, tapi jika filmnya dipoles dengan treatment yang
bagus, maka segala kekurangannya dapat dimaklumi.
Sama halnya dengan film 1917 ini, meskipun plot cerita dan konfliknya sangat
minimalis, tapi karena setiap scene yang tampil sangat menarik membuat film
ini terlihat menawan. Baru nonton beberapa menit saja, saya sudah langsung
menebak bahwa 1917 bakal jadi film yang bagus. Sam Mendes tahu betul
bagaimana cara menggambarkan seramnya sebuah medan perang, tanpa menampilkan
adegan baku tembak sedikitpun.
Melihat para tentara yang berlalu lalang di parit yang sempit aja sudah
sangat menyesakkan, ditambah lagi dengan sunyinya keadaan disitu membuat
atmosfernya makin mencekam, karena serangan musuh bisa datang kapan pun
juga.
Film 1917 mengisahkan tentang 2 orang kopral bernama Will dan Blake. Mereka
berdua mendapatkan tugas untuk menyampaikan pesan kepada Resimen Devon yang
berada jauh di garis depan. Meskipun tugas mereka terdengar sepele, nyawa
1600 tentara Amerika Serikat menjadi taruhannya, salah satunya termasuk
kakak kandung Blake yang merupakan seorang Letnan. Dengan waktu yang
terbatas, mereka langsung memulai perjalanan menempuh berpuluh - puluh
kilometer untuk menyampaikan pesan dari sang komandan.
Perjalanan dua tentara itu tentu tidak akan mudah, sebab mereka harus
melintas wilayah musuh yang "diyakini" telah kosong. Saya suka bagaimana
film ini menampilkan berbagai medan yang dilalui oleh Will dan Blake dengan
sangat indah, meskipun sebagian besar wilayahnya telah hancur berantakan
akibat perang, tapi masih tetap menarik aja gitu buat dilihat. Khususnya
waktu scene Will lari - larian sambil diiringi dengan kilatan cahaya
flare yang terang, scene itu udah kayak seperti lukisan yang
bisa bergerak.
Kualitas akting dari George MacKay dan
Dean-Charles Chapman sebagai Will dan Blake juga tidak perlu
dipertanyakan lagi. Menurut saya, mereka berdua mampu menggendong film ini
dari awal sampai akhir. Patut diberi apresiasi lah soalnya mereka mampu
berakting dengan shot yang lama tanpa ada celah sedikitpun. Aktor
lain seperti Andrew Scott dan Benedict Cumberbatch juga
berhasil mengisi perannya dengan baik, meskipun hanya tampil beberapa menit
saja, mereka sudah bisa memberikan kesan yang melekat kepada penonton.
SCORE
8/10
Jika dilihat secara garis besar, 1917 merupakan film yang sangat
recommended buat kalian tonton. Akan tetapi, dengan
genre dramanya yang sangat kental, saya rasa film ini tidak akan
begitu cocok bagi kalian yang ingin melihat film perang dengan adegan penuh
baku tembak. Alurnya yang lambat juga menjadi faktor lain mengapa film ini
tergolong lebih segmented, tidak semua orang bakal bisa langsung
suka, tapi faktanya 1917 dapet rating bagus kok, jadi saran saya sih coba
aja dulu deh buat nonton.
Terlepas dari berbagai kelebihan dan kelemahannya, film 1917 ini sangat saya
rekomendasikan buat kalian tonton. Terlebih lagi, dengan
style one shot yang jarang dipakai di film lain membuat film 1917 ini
terasa spesial.
TRAILER
***
Sekian review dari saya mengenai film 1917 (2020). Perlu diingat
bahwa seluruh isi dari postingan ini murni dari opini saya pribadi. Oleh
karena itu, buat kalian yang ingin memberikan tambahan silahkan langsung
beritahu saya lewat kolom komentar.
Jangan lupa selalu kunjungi
blog ini
untuk mendapatkan rekomendasi
film
atau
serial
favorit lainnya.
Terima kasih.