Review Film 1917 (2020), Drama Perang yang Melankolis

Review Film 1917 (2020)

Film perang dengan banyak adegan baku tembak memang sudah cukup mainstream untuk dilihat. Nampaknya, Sam Mendes sebagai sutradara tahu betul akan hal itu, sehingga dia mencoba untuk membuat film perang dari sudut pandang lain, sudut pandang yang jarang kalian temukan di film lain. Dan benar saja, ketika resmi ditayangkan, film 1917 mampu membuat banyak orang terpukau, saya adalah salah satunya.

Film ini tidak memiliki CGI yang bagus, konfliknya juga minim, plot ceritanya pun nggak dibuat ribet sama sekali. Hanya satu hal saja bagi saya yang membuat film ini begitu menawan, yaitu pada gaya sinematografinya. Di sepanjang durasinya, 1917 menggunakan teknik one shot, sebuah teknik yang sangat jarang digunakan dalam pembuatan film. Seingat saya, film lain dengan teknik serupa yang terakhir kali saya tonton yaitu film Birdman yang rilis pada tahun 2014 silam. 

Buat kalian yang belum paham, one shot merupakan teknik yang digunakan oleh sutradara untuk membuat filmnya terlihat terekam tanpa melakukan cut. Artinya, dari awal sampai akhir durasinya kalian akan melihat adegan yang seolah direkam dalam satu kali take saja, kayak nggak kepotong aja gitu.

Sebenarnya, dalam pembuatannya ada banyak sekali take yang diperlukan, hanya saja sang sutradara harus selalu menyambungkan setiap adegan tersebut dengan halus, semuanya harus terlihat seolah tanpa cut sama sekali. Proses tersebut disebut dengan continuity.

Keunggulan film dengan teknik one shot yaitu kalian sebagai penonton akan merasa lebih dekat dengan karakter utama. Pengembangan karakternya pun akan terasa sempurna, meskipun ceritanya jadi terasa sangat lambat, memang disitu kelemahannya, tapi jika filmnya dipoles dengan treatment yang bagus, maka segala kekurangannya dapat dimaklumi.

Sama halnya dengan film 1917 ini, meskipun plot cerita dan konfliknya sangat minimalis, tapi karena setiap scene yang tampil sangat menarik membuat film ini terlihat menawan. Baru nonton beberapa menit saja, saya sudah langsung menebak bahwa 1917 bakal jadi film yang bagus. Sam Mendes tahu betul bagaimana cara menggambarkan seramnya sebuah medan perang, tanpa menampilkan adegan baku tembak sedikitpun.

Melihat para tentara yang berlalu lalang di parit yang sempit aja sudah sangat menyesakkan, ditambah lagi dengan sunyinya keadaan disitu membuat atmosfernya makin mencekam, karena serangan musuh bisa datang kapan pun juga.

Film 1917 mengisahkan tentang 2 orang kopral bernama Will dan Blake. Mereka berdua mendapatkan tugas untuk menyampaikan pesan kepada Resimen Devon yang berada jauh di garis depan. Meskipun tugas mereka terdengar sepele, nyawa 1600 tentara Amerika Serikat menjadi taruhannya, salah satunya termasuk kakak kandung Blake yang merupakan seorang Letnan. Dengan waktu yang terbatas, mereka langsung memulai perjalanan menempuh berpuluh - puluh kilometer untuk menyampaikan pesan dari sang komandan.

Perjalanan dua tentara itu tentu tidak akan mudah, sebab mereka harus melintas wilayah musuh yang "diyakini" telah kosong. Saya suka bagaimana film ini menampilkan berbagai medan yang dilalui oleh Will dan Blake dengan sangat indah, meskipun sebagian besar wilayahnya telah hancur berantakan akibat perang, tapi masih tetap menarik aja gitu buat dilihat. Khususnya waktu scene Will lari - larian sambil diiringi dengan kilatan cahaya flare yang terang, scene itu udah kayak seperti lukisan yang bisa bergerak.

Kualitas akting dari George MacKay dan Dean-Charles Chapman sebagai Will dan Blake juga tidak perlu dipertanyakan lagi. Menurut saya, mereka berdua mampu menggendong film ini dari awal sampai akhir. Patut diberi apresiasi lah soalnya mereka mampu berakting dengan shot yang lama tanpa ada celah sedikitpun. Aktor lain seperti Andrew Scott dan Benedict Cumberbatch juga berhasil mengisi perannya dengan baik, meskipun hanya tampil beberapa menit saja, mereka sudah bisa memberikan kesan yang melekat kepada penonton.


SCORE

8/10

Jika dilihat secara garis besar, 1917 merupakan film yang sangat recommended buat kalian tonton. Akan tetapi, dengan genre dramanya yang sangat kental, saya rasa film ini tidak akan begitu cocok bagi kalian yang ingin melihat film perang dengan adegan penuh baku tembak. Alurnya yang lambat juga menjadi faktor lain mengapa film ini tergolong lebih segmented, tidak semua orang bakal bisa langsung suka, tapi faktanya 1917 dapet rating bagus kok, jadi saran saya sih coba aja dulu deh buat nonton.

Terlepas dari berbagai kelebihan dan kelemahannya, film 1917 ini sangat saya rekomendasikan buat kalian tonton. Terlebih lagi, dengan style one shot yang jarang dipakai di film lain membuat film 1917 ini terasa spesial.


TRAILER



***

Sekian review dari saya mengenai film 1917 (2020). Perlu diingat bahwa seluruh isi dari postingan ini murni dari opini saya pribadi. Oleh karena itu, buat kalian yang ingin memberikan tambahan silahkan langsung beritahu saya lewat kolom komentar.

Jangan lupa selalu kunjungi blog ini untuk mendapatkan rekomendasi film atau serial favorit lainnya.

Terima kasih.

Dava

Hanya seorang manusia biasa yang hobi nonton film dan main game

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form