Cinta merupakan hal yang selalu melekat pada diri setiap manusia. Entah kapan dan darimana datangnya, cinta pasti akan selalu ada dalam cerita dari setiap kehidupan manusia.
  Namun sayangnya, cinta tidak selalu indah seperti yang dibayangkan. Terkadang,
  karena cinta kita semua menjadi buta, buta akan realita yang seharusnya kita
  perjuangkan, sama halnya dengan apa yang dialami oleh Alisha (Ladya Cheryl) di
  film ini. Dia sebenarnya berasal dari keluarga yang kaya raya, apapun yang dia
  minta pasti akan selalu dipenuhi oleh ayahnya. Tapi karena begitu cintanya dia
  dengan seorang tukang bersih - bersih kolam yang sempat bekerja di rumahnya,
  dia akhirnya meninggalkan semua kemewahan yang selama ini dia dapatkan,
  meninggalkan rumah dan keluarganya untuk menemui sang pujaan hati yang entah
  dimana keberadaannya.
  Bari (Donny Alamsyah) adalah nama dari laki - laki idamannya itu. Dia
  merupakan seorang penulis yang tinggal di sebuah sebuah di rusun yang
  sederhana bersama dengan pacarnya. Tak butuh waktu lama bagi Alisha untuk
  menemukan tempat tinggal dari Bari. Alisha bahkan langsung menyewa kamar di
  rusun itu yang persis terletak di sebelah kamar Bari.
  Di tempat itulah keduanya bisa saling menyapa dan menjadi teman dekat. Seiring
  berjalannya waktu, Bari pun mulai menceritakan apa yang sedang dikerjakannya
  kepada Alisha, sebuah rancangan cerita yang Bari yakini akan mengubah hidupnya
  kelak. Cerita yang dibuatnya pun tidak begitu sulit, isinya hanya seputar
  rutinitas dari setiap orang yang tinggal di lingkungan rusun itu. Namun
  masalahnya, setiap cerita itu belum memiliki ending yang jelas, mengingat
  setiap orang yang menjadi bahan utama dari cerita itu masih menjalani
  kehidupan mereka dengan normal.
  Disinilah peran Alisha dimulai. Cintanya yang besar kepada Bari membuat Alisha
  melakukan hal - hal keji yang tidak pernah dibayangkan oleh siapapun
  sebelumnya. Dan lebih parahnya lagi adalah, semua itu dilakukan Alisha hanya
  demi menyuguhkan ending yang bagus bagi cerita fiksi milik Bari.
  Monthy Tiwa sebagai sutradara sangat paham betul bagaimana cara mengaburkan
  batas antara fiksi dan realita lewat sudut pandang Alisha di film ini. Setiap
  tindakan yang dilakukan oleh Alisha seakan terlihat seperti jelmaan dari
  cerita fiksi buatan Bari yang kemudian dibawa ke dunia nyata oleh Alisha.
  Batas antara dunia fiksi dengan realita seolah sudah hilang di mata Alisha,
  karena ejauh yang dia tahu, seluruh perbuatannya itu hanya dia lakukan untuk
  membuat Bari bahagia.
  Film ini berhasil memadukan unsur drama dan kriminalnya dengan sangat baik. Di
  paruh awal film, kalian sebagai penonton dibuat nyaman dengan cerita drama
  keluarga yang fun to watch, namun menjelang puncak konfliknya dimulai, seluruh
  genre drama keluarga itu seolah langsung hilang, berganti dengan genre crime
  thriller yang sadis sekaligus memukau di waktu yang bersamaan.
  Jujur saja saya sangat suka bagaimana racikan dari Monthy Tiwa di film ini,
  dia tidak terlihat buru - buru menyajikan ceritanya di awal, fasenya dibiarkan
  lambat, namun tetap membuat penonton penasaran akan kelanjutan ceritanya. Di
  puncak konfliknya pun juga begitu, saat momen menegangkannya dimulai film ini
  tidak langsung menyajikan seluruh momen terbaiknya secara bersamaan, Monthy
  Tiwa tetap menyajikannya secara perlahan tapi pasti, yang membuat ceritanya
  menjadi lebih mudah diterima oleh para penontonnya.
  Fiksi memang bukanlah film yang mahal, tapi setidaknya film ini mampu
  menyajikan kualitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyaknya pesan
  yang terkandung di dalamnya membuat Fiksi ini menjadi salah satu film
  terfavorit saya sampai sekarang.
  Penceritaannya pun ditata dengan sangat rapi sehingga meskipun fasenya
  berjalan dengan lambat, penonton seolah tidak pernah bosan dibuatnya, nggak
  heran deh jika ceritanya berasal dari novel, karena feelsnya waktu nonton
  berasa kayak baca sebuah novel, selalu indah dan memukau di setiap fasenya.
SCORE
8/10
  Skor 8 sangat cocok didapatkan oleh Fiksi, khususnya buat alur ceritanya yang
  menurut saya nggak ada duanya sampai sekarang. Buat kalian yang suka dengan
  film drama yang dibalut dengan kriminal, Fiksi ini bakalan menjadi rekomendasi
  yang paling tepat buat kalian tonton.
  Film ini sekarang tersedia di Netflix.
TRAILER
***
  Sekian review film Fiksi (2008) dari saya. Perlu diingat bahwa seluruh isi
  dari postingan ini sepenuhnya hanya berasal dari opini saya pribadi saja. Oleh
  karena itu, jika ada dari kalian yang ingin memberikan tambahan silahkan
  langsung tulis saja di kolom komentar.
  Jangan lupa selalu kunjungi blog ini untuk mendapatkan review seputar film dan
  serial favorit lainnya.
Terima kasih.
