Buat penggemar film thriller kriminal seperti saya, nama Edward Norton sudah pasti sudah akrab terdengar di telinga. Film - film yang dia perankan sejauh ini memang sangat memuaskan. Gaya aktingnya yang khas selalu bikin kita sebagai penonton menerka - nerka apakah karakter yang Norton perankan ini baik atau nggak. Seperti contohnya di film Primal Fear ini, film yang menjadi debut sekaligus membuat karir Norton sukses besar di akhir era 90-an.
Primal Fear merupakan film karya sutradara Gregory Hoblit yang rilis di
tahun 1996. Dari yang telah saya baca di beberapa sumber, saat rilis film ini berhasil memukau para penontonnya berkat akting
yang memukau dari para pemainnya, serta alur cerita dan konfliknya yang sangat
sulit untuk ditebak.
Film ini menceritakan tentang misteri pembunuhan pastur yang diduga kuat
dibunuh oleh Aaron Stampler (Edward Norton) yang merupakan seorang anak altar
di gerejanya. Adanya bekas darah pastur yang menyelimuti tubuhnya, ditambah
dengan aksi melarikan dirinya saat dikejar oleh polisi membuat posisi Aaron
susah sangat terpojok, hukuman mati sudah pasti akan menantinya.
Namun, untuk menyelamatkan nasib Aaron di persidangan, datanglah Martin Vail
(Richard Gere) yang merupakan seorang pengacara besar di kota itu. Tidak main
- main, dia memberikan jasanya secara gratis kepada Aaron, karena dia
menganggap bahwa Aaron adalah anak yang tak bersalah di kasus itu.
Meski dikenal sebagai seorang pengacara besar, selama karirnya Martin ternyata
menggunakan praktik yang curang dalam melakukan pekerjaannya. Koneksi
khususnya dengan geng mafia di kota itu membuat semuanya berjalan dengan
lancar. Setiap kasusnya seolah tidak memiliki kendala, karena dia lah yang
mengendalikan semuanya. Tapi lain halnya dengan kasus Aaron. Sejak awal posisi
Aaron sebagai tersangka sudah sangat kuat, sehingga sangat berat bagi Martin
untuk meringankan hukumannya.
Primal Fear ini tergolong film yang unik karena ceritanya berfokus pada
hukum dan pengadilan, bukan seperti film kriminal lainnya yang mayoritas
mengambil sudut pandang dari seorang detektif. Pengambilan sudut pandang yang
unik itulah yang pada akhirnya membuat film ini terlihat mengesankan. Film ini
mengupas dengan dalam aktivitas dari seorang pengacara, mulai dari bagaimana
mereka memilih klien, mengumpulkan barang bukti, menyusun alibi, semuanya
tersaji dengan komplit disini dan itu semua benar - benar menarik.
Primal Fear membuat kita mengerti bagaimana proses hukum berjalan
berkat penyajiannya yang menarik dan mudah untuk dipahami oleh orang awam.
Misteri pembunuhan yang disajikan pun tersampaikan dengan baik. Sejak awal
kita sebagai penonton seperti diberi sebuah tanda tanya besar apakah Aaron
benar - benar tidak bersalah atas pembunuhan keji tersebut.
Di beberapa scene dia memang terlihat seperti seorang bocah yang polos
dan lugu, tapi di beberapa scene yang lain dia terlihat penuh dengan
omong kosong. Penonton selalu dibuat dilema dengan mana pihak yang benar dan
salah. Semuanya tampak buram, dan itulah yang membuat plotnya terasa menarik
di setiap fasenya.
Akting dari para pemeran film ini juga patut diacungi jempol, khususnya buat
Richard Gere dan Edward Norton yang berhasil mencuri spotlight selama
film ini berjalan. Richard yang berperan sebagai Martin memang terlihat sangat
meyakinkan sebagai seorang pengacara. Dari busananya yang mewah saja sudah
memberikan kesan bahwa dia bukanlah orang sembarangan, didukung dengan
sikapnya yang selalu percaya diri dan optimis membuat semua hal menjadi tampak
mudah di hadapannya.
Edward Norton yang berperan sebagai Aaron Stampler juga tak kalah bagusnya.
Meski film ini adalah debut pertamanya sebagai seorang aktor, tapi perannya
berhasil membuat saya kagum ketika menontonnya. Di film ini dia berhasil
memerankan karakter protagonis dan antagonis secara bersamaan, dan uniknya dia
berhasil mengeksekusinya dengan sempurna.
Di satu sisi dia berhasil terlihat sebagai bocah yang polos dan lugu, tapi di
sisi lain dia juga berhasil tampil sebagai bocah yang toxic dan sangar.
Saya bahkan masih ingat betul scene di dalam sel penjara saat dia
berganti kepribadian di hadapan Martin. Di scene itu raut wajahnya
memang sangat berubah dari yang awalnya terlihat tak bersalah, mendadak
berubah menjadi seorang pelaku kriminal yang sebenarnya.
Emosi saya sebagai penonton dibuat terombang - ambing olehnya, kadang merasa
iba, tapi kadang juga kesel ngelihat tingkahnya.
Dengan durasinya yang lebih dari 2 jam, film ini tetap terasa singkat karena
begitu serunya plotnya berjalan. 2 jam seolah terasa seperti 30 menit saja
ketika menonton film ini, apalagi waktu ntar sampai ke adegan
ending-nya, udah fiks twist-nya bakal bikin kalian kaget, tapi
juga membuat semuanya menjadi lebih masuk akal.
SCORE
8/10
Dengan segala kelebihannya, wajar jika Primal Fear bisa masuk ke
kategori film kriminal terbaik sepanjang masa. Meski sudah terbilang lawas,
masih tidak ada yang bisa mengggantikan keunikan yang ditawarkan dalam film
ini. Kualitas aktingnya, plot ceritanya, konfliknya, semuanya berhasil berpadu
dengan sempurna.
Buat kalian yang emang suka sama film
thriller mystery crime, Primal Fear sudah pasti menjadi salah satu film
yang wajib buat kalian tonton.
TRAILER
***
Sekian review film Primal Fear (1996) dari saya.
Perlu diingat bahwa seluruh isi dari postingan ini hanya berasal dari opini
saya. Oleh karena itu, jika ada dari kalian yang ingin memberikan tambahan
silahkan jangan malu untuk berkomentar.
Jangan lupa selalu kunjungi
blog ini
untuk mendapatkan informasi menarik seputar
film
dan
series
favorit lainnya.
Terima kasih.