Nama Guillermo del Toro mungkin masih terdengar asing di telinga kalian. Karir beliau di mata netizen Indonesia memang tidak sepopuler Christopher Nolan, meski karyanya sama - sama menawan. Ada banyak sekali film karya Guillermo del Toro yang telah sukses mendunia. Salah satu contohnya yaitu Nightmare Alley, film crime thriller yang masih menjadi favorit saya sampai sekarang.
Selama berkarir sebagai seorang sutradara, Guillermo del Toro memang selalu
mengulik genre baru di setiap film yang dia buat. hampir semua
genre film sudah pernah dia garap, dan mayoritas hasilnya tetap
memuaskan. Pacific Rim, Hellboy, dan Pinnochio adalah sedikit
contoh dari banyaknya film karya Guillermo del Toro yang telah memenangkan
banyak sekali penghargaan. Kalian pasti juga udah familiar kan kalau denger
ketiga judul film itu, meski banyak dari kalian masih tidak tahu kalau
Guillermo del Toro lah yang menjadi sutradara di baliknya.
Meski sudah banyak film yang berhasil dia buat, Guillermo del Toro nampaknya
tidak pernah merasa puas. Di tahun 2022 lalu dia kembali menghadirkan karya
baru berupa sebuah antologi horor yang dia beri tajuk
Guillermo del Toro's Cabinet of Curiosities.
Seperti antologi horor pada umumnya, Del Toro mengundang banyak sutradara lain
untuk ikut berpartisipasi dalam projeknya. Totalnya Cabinet of Curiosities
memiliki 8 episode dengan 8 director yang berbeda, dan tentu saja keseluruhan
antologinya berada di bawah pengawasan Guillermo del Toro, karena dia lah yang
punya acara.
Jujur saja pada awalnya saya tidak berharap banyak pada antologi ini, karena
mayoritas antologi horor tuh hanya bagus di episode pertamanya, baru sisanya
ntar mulai amburadul. Formula itu diterapkan disini, episode pertamanya
berhasil membuat saya sangat excited dengan ceritanya yang
creepy, lengkap dengan monster yang muncul sebagai hidangan
utamanya.
Lot 36 merupakan tajuk dari episode itu, mengisahkan tentang seorang
pria yang melakukan bisnis lelang gudang untuk melunasi setiap hutang yang dia
punya. Akan tetapi, salah satu gudang yang dia beli ternyata menyimpan sebuah
hal - hal mistis yang seharusnya tidak dia usik sejak awal.
Cerita dari Lot 36 ini sebenarnya cukup klise, tapi yang membuatnya
bagus adalah atmosfer horornya yang berhasil dikemas dengan sempurna, meski
durasinya singkat (nggak nyampe 1 jam), tapi fasenya tidak terkesan terburu -
buru, membuat ceritanya berhasil tersampaikan dengan baik ke penonton.
Nah, episode pertamanya udah bagus, saya kira episode - episode berikutnya
bakal amburadul kayak mayoritas antologi horor lain, eh ternyata nggak dong.
Mayoritas episode dalam Cabinet of Curiosities ini ternyata berhasil
tampil dengan memukau.
Di episode 1 - 3, tema yang diangkat sebenarnya masih sama, masih berkutat di
tema monster yang akan membuat kalian tegang sekaligus ngilu karena ada
lumayan banyak adegan sadis di dalamnya. Melihat dari 3 episode awal yang
isinya penuh monster semua, saka kira semua episode dalam antologi ini isinya
bakal sama juga, tapi ternyata ekspektasi saya tersebut berhasil dibantah di
episode 4 yang termyata tidak ada monsternya sama sekali.
Seperti penjelasan yang diungkapkan oleh Guillermo del Toro di menit awal
setiap episodenya, setiap bagian dari Cabinet of Curiosities ini memang
hanya dikhususkan untuk membahas tentang beragam ketakutan yang dimiliki oleh
umat manusia. Ada yang takut sama hal - hal mistis, takut sama hewan, takut
sama hewan, ataupun takut sama penampilan dan kehidupan sosial, semua jenis
ketakutan itu dikupas satu per satu di setiap episodenya. Jadi, kedelapan
episode dalam series ini merupakan cerminan dari setiap ketakutan manusia.
Dari kedelapan episode, saya paling suka dengan episode 3 yang bertajuk
The Autopsy. Episode ini mengisahkan tentang seorang dokter ahli bedah
yang harus melakukan otopsi kepada korban - korban yang tewas dalam ledakan di
sebuah tambang. Pihak polisi mengatakan bahwa orang yang diduga menjadi
pelakunya ikut tewas dalam peristiwa itu, dan sebelum sang pelaku meledakkan
diri, dia sempat bertingkah aneh yang membuat para polisi curiga. Nah, tugas
dari dokter itu adalah mencari penyebab kematian dari setiap korban serta
menemukan alasan utama dibalik aksi sang pelaku.
Saat menontonnya, saya sekilas teringat dengan film
The Autopsy of Jane Doe, karena garis besar ceritanya benar - benar
hampir sama persis. Keduanya sama - sama menceritakan tentang proses otopsi
mayat yang penuh dengan kejanggalan, dan ending-nya pun sama bagusnya.
Bedanya, jika di The Autopsy of Jane Doe ending-nya berhubungan
dengan ilmu magis dan penyihir, di The Autopsy ini ending-nya
lebih mengarah ke makhluk luar angkasa. Kalau kalian penasaran mending tonton
aja sendiri deh episodenya, dijamin nggak bakal nyesel dah pokoknya.
Episode terbaiknya sudah dibahas, maka sekarang giliran episode terburuknya.
Ada 2 episode dalam antologi ini yang sangat jelek di mata saya, kedua episode
itu yaitu episode 7 (The Viewing) dan episode 8
(The Murmuring). Tapi kalau disuruh milih yang paling jelek saya bakal
pilih yang The Viewing. Alasannya simple, sinematografinya yang buruk,
serta alurnya yang berjalan dengan sangat lambat.
Padahal, inti cerita yang ingin disampaikan dalam
The Viewing sebenarnya sangat simple, mengisahkan tentang sekelompok
orang yang diundang untuk mengikuti pesta eksklusif di rumah seorang pria yang
sangat kaya raya.
Seperti kegiatan party pada umumnya, mereka semua bakal pesta minum - minum,
hingga sampailah di acara puncak saat sang pemilik rumah memamerkan sebuah
batu yang katanya berasal dari luar angkasa. Batu yang dipamerkan itu memang
terlihat biasa saja pada awlanya, tapi setelah terkena asap rokok, mendadak
batunya berubah menjadi alien ganas yang dengan brutalnya membunuh setiap
orang yang ada di ruangan tersebut.
Sebenarnya ending-nya nggak begitu buruk, tapi bagian menuju
ending-nya itu yang terkesan sangat bertele - tele. 80% isi dari
episode ini cuma obrolan antar karakternya yang ngalor ngidul entah kemana
sambil mabuk - mabukan nggak jelas. Padahal, inti ceritanya nanti baru akan
dimulai saat mereka kena teror sama alien yang baru menetas setelah kena asap
rokok. Kayak nggak niat aja gitu bikinnya, bener - bener bikin pusing +
ngantuk waktu nonton.
Meski tidak semua episodenya bagus, tapi jika dilihat secara keseluruhan,
Cabinet of Curiosities ini emang masih lebih mending jika dibandingan dengan mayoritas film antologi
lain. Genre horor yang menjadi menu utamanya berhasil dikemas dengan
baik di tiap episodenya, meski ada beberapa yang gagal, but it's ok,
masih bisa dimaklumin.
Film dengan model antologi seperti ini memang masih sangat sedikit jumlahnya,
jadi nggak heran jika peminatnya pun juga masih minim. Sejauh ini saya pun
cuma tahu 3 antologi doang, V/H/S, Love Death and Robot, sama
Cabinet of Curiosities ini.
Dan dari ketiga antologi itu,
Love Death and Robot masih menjadi antologi favorit saya. Kalian bisa search aja review-nya
di blog ini kalau penasaran.
SCORE
8/10
Overall, Guillermo del Toro's Cabinet of Curiosities masih menjadi
tontonan yang sangat menarik, apalagi jika kalian demen sama film horor, udah
pasti antologi ini bakal cocok buat kalian tonton di akhir pekan.
Mayoritas episode yang tersaji di antologi ini nggak begitu mengecewakan,
meski memang ada beberapa episodenya yang jelek, tapi karena mayoritasnya
bagus jadi yang jelek masih bisa dimaklumin, di skip aja langsung kan juga
gapapa karena tiap episodenya tidak saling terkoneksi satu sama lain.
TRAILER
***
Sekian review Guillermo del Toro's Cabinet of Curiosities (2022) dari
saya.
Perlu diingat bahwa seluruh isi dari postingan ini sepenuhnya hanya berasal
dari opini saya pribadi. Oleh karena itu, jika ada dari kalian yang ingin
memberikan tambahan silahkan langsung saja tulis di kolom komentar.
Jangan lupa selalu kunjungi
blog ini
untuk mendapatkan informasi menarik seputar
film
atau
series
lainnya.
Terima kasih.