Masih sulit rasanya membayangkan ada series sci-fi supranatural yang murni dari Indonesia. Tapi, di tahun ini, tepatnya di tanggal 14 Juni lalu, akhirnya sejarah baru terbentuk dengan munculnya series Joko Anwar's Nighmares and Daydreams di Netflix.
Series karya Joko Anwar ini memiliki total 7 episode yang dikemas dengan
konsep antologi. Tiap episodenya mengisahkan tentang beragam peristiwa aneh
yang dialami oleh beragam jenis orang dari timeline yang berbeda, namun semua
peristiwa itu nantinya akan memiliki titik temu di episode 7 sebagai episode
penutup.
Joko Anwar benar - benar bermain dengan imajinasi liarnya di series ini. Mulai
dari konsep cerita dari tiap episodenya yang unik, mengusung isu - isu yang
relevan dengan kehidupan nyata, udah gitu masih ditambah dengan kemunculan
monster dan makhluk misterius di dalamnya.
Semua poin itu berhasil dipadukan dengan apik di setiap episodenya, membuat
pengalaman menontonnya terasa sangat kaya dengan hal - hal yang masih sangat
jarang kita temukan di mayoritas series buatan Indonesia lainnya.
Karena series ini memiliki konsep antologi dalam gaya penceritaannya, maka
akan lebih relevan jika saya mengulas per episodenya. Nah, tanpa berlama -
lama lagi, mari langsung saja kita mulai ulasannya dari episode yang pertama.
1. Old House
Di episode pertama ini kalian akan bertemu dengan karakter bernama Panji (Ario Bayu). Dia adalah seorang sopir taksi yang pada suatu hari mendapatkan tawaran untuk memasukkan Ibunya yang sudah tua dan pikun ke panti jompo yang mewah.
Sebenarnya, Panji merasa ragu dengan tawaran itu, tapi karena kondisi Ibunya
yang kian memburuk, dia akhirnya menyetujuinya. Singkat cerita, ibu Panji pun
dimasukkan ke panti jompo itu, tapi yang Panji tidak ketahui adalah ternyata
panti jompo itu merupakan markas rahasia Agartha.
Sebagai episode pembuka, Old House memiliki cerita yang cukup solid.
Dari awal hingga pertengahan episode ceritanya penuh dengan kejutan, dan saya
pun sangat menikmatinya.
Tapi, sayangnya semua momen indah itu harus dirusak di bagian akhirnya yang
penuh dengan CGI kurang jadi. Emang harus diakui sih kalau kualitas CGI di
series ini masih buruk, dan sayangnya momen penuh CGI itu ada di menit - menit
akhir episode pertama ini.
Jadi, buat episode Old House akan saya kasih rating 6 dari 10. Alur
ceritanya bagus dan menarik, ending-nya juga nggak ngecewain, emang
cuma minus di CGI-nya doang.
2. The Orphan
The Orphan mengisahkan tentang sepasang suami istri bernama Iyos (Yuda Pratama) dan Saripah (Nirina Zubir) yang hidup dalam kemiskinan cukup parah. Saking susahnya perekonomian yang mereka alami, Iyos dan Ipah bahkan hanya bisa makan nasi dan garam saja.
Utang mereka yang kian menumpuk membuat Iyos berpikir keras untuk menjadi kaya
mendadak. Iyos pun mendengar kabar bahwa di dekat tempat mereka tinggal ada
orang yang berhasil menjadi kaya raya dalam 7 hari hanya dengan mengadopsi
seorang anak.
Tapi, anak itu bukanlah anak biasa, banyak orang menganggapnya sebagai anak
setan karena setelah 7 hari diadopsi, anak itu akan membuat pengadopsinya
menjadi kaya raya, namun di keesokan harinya mereka akan ditemukan dalam
keadaan tewas tanpa sebab yang jelas.
Meski telah mengetahui konsekuensinya, Iyos tetap ingin mengadopsi anak itu
sambil mengatur siasat untuk membuat dia dan istrinya hidup setelah malam
ketujuh.
Berbeda jauh dari Old House yang banyak kurangnya,
The Orphan ini terasa perfect di mata saya. Ceritanya beneran
bagus dari awal hingga akhir, lengkap dengan twist yang ngasih kejutan
besar di ending-nya.
Rating 9 saya sematkan pada The Orphan karena menurut saya episode ini
paling mengesankan jika dibandingkan dengan keenam episode lainnya.
3. Poems & Pain
Rania (Marissa Anita) merupakan seorang penulis buku yang terkenal berkat novelnya yang berjudul Puisi & Duka. Novel yang mengisahkan tentang KDRT itu sangat digemari oleh banyak orang, sehingga Rania pun dituntut untuk menulis sekuelnya.
Akan tetapi, setiap Rania menulis kelanjutan dari Puisi & Duka, tubuhnya
akan mengalami luka yang sama persis dengan apa yang dialami oleh karakter
utamanya, mulai dari luka cambukan, cekikan, hingga luka pukulan di sekujur
tubuhnya, semuanya berbekas di tubuh Rania.
Benang merah dari series ini mulai terlihat dari episode ketiga ini, sebab
disini lah kalian akan melihat sekilas dunia Agartha.
Poems & Pain juga punya atmosfer misteri yang kental dalam
ceritanya, kalian sebagai penonton selalu dibuat bertanya - tanya dengan
koneksi apakah yang terjalin antara Rania dengan karakter utama dalam bukunya.
Dari ketiga episode awalnya saja sudah terlihat jelas bahwa series
Nighmares and Daydreams ini punya konsistensi yang bagus dalam segi
ceritanya. Semua episodenya memiliki cerita yang menarik buat diikuti, meski
karakter dan alurnya berbeda - beda.
Score 7 saya berikan ke Poems & Pain berkat ceritanya yang
menarik dan fresh, meski ending-nya terasa flat dan kurang menegangkan.
4. Encounter
Wahyu (Lukman Sardi) yang berprofesi sebagai nelayan kerang mengalami sebuah peristiwa aneh setelah dia bertemu dengan sebuah entitas bernama Supreme Being yang mengungkap semua rahasia umat manusia dan makhluk Agartha kepadanya.
Wahyu di episode ini digambarkan sebagai seorang pria yang tekun dan rendah
diri. Setiap hari dia hanya fokus bekerja mencari kerang demi mengumpulkan
uang untuk mencari Ibunya di Arab Saudi.
Uang dari penjualan kerang itu ditabungnya sedikit demi sedikit, sampai
nominalnya dirasa cukup untuk membawanya ke tempat Ibunya berada. Namun, siapa
yang menyangka bahwa pada suatu malam saat sedang mencari kerang Wahyu malah
bertemu dengan Supreme Being yang dikiranya sebagai seorang malaikat.
Pertemuannya dengan Supreme Being itulah yang nantinya akan membawanya
menjadi seorang Antibodi.
Bersetting di tahun 1985, episode ini akan menggambarkan kondisi yang persis
dengan apa yang dialami rakyat Indonesia di tahun itu, era dimana penjarahan
dan penculikan oleh oknum aparat masih merajalela.
Episode ini saya kasih score 8 karena mengangkat isu yang sangat relevan,
ditambah dengan orang - orangnya yang kocak (khususnya yang jadi pak ustadz)
membuat episode ini kian menarik buat kalian saksikan.
5. The Other Side
Seorang pelukis poster film bernama Bandi (Kiki Narendra) mendadak mengalami kejadian aneh setelah dia berkunjung ke gedung bekas bioskop tempat dulu dia bekerja. Bioskop itu sudah seperti rumah kedua bagi Bandi, karena disana lah dia mendapatkan banyak relasi, mulai dari aktor hingga sutradara terkenal.
Semenjak bioskop ditutup, Bandi pun semakin kesulitan untuk mendapatkan
penghasilan. Dia dan keluarga kecilnya hanya bisa hidup di sebuah apartemen
kecil sembari menekuni pekerjaan barunya sebagai pelukis poster.
Kehidupannya yang semakin sulit membuat Bandi sering membayangkan saat dia
masih bekerja di bioskop. Dia pun berniat untuk mengunjungi tempat favoritnya
itu, dan alangkah terkejutnya dia bahwa ternyata di dalam gedung bioskop dia
sudah ditunggu oleh sang atasan untuk kembali bekerja sebagai perobek karcis.
Kisah yang tersaji dalam episode kelima ini sangat menarik karena kalian
diajak untuk melihat kebimbangan yang ada dalam diri Bandi. Di satu sisi dia
ingin selalu bersama keluarganya, tapi di sisi yang lain dia sangat menikmati
pekerjaannya sebagai perobek karcis bioskop.
Saya kasih nilai 7 untuk The Other Side.
6. Hypnotized
Ali (Fachry Albar) yang merupakan seorang teknisi elektronik harus menghadapi sebuah ujian yang mempertaruhkan nyawa setelah dia mencoba mencuri uang dengan melakukan hipnotis. Ali terpaksa harus menyalahgunakan ilmu hipnotisnya karena dia sudah tidak memiliki penghasilan apapun.
Panyakit buta warna yang dideritanya menjadi penyebab utama mengapa Ali sangat
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Bahkan, sekalipun dia sangat paham
mengenai barang - barang elektronik, dia tetap tidak pernah bisa diterima
untuk menjadi seorang teknisi.
Alur ceritanya yang bagus, ditambah dengan plot twist yang
muncul di akhir membuat episode ini cukup menarik di mata saya. Skor 7
saya berikan untuk Hypnotized.
7. P.O. Box
Series ini ditutup dengan episode berjudul P.O Box yang mengisahkan tentang seorang ahli taksir berlian bernama Valdya (Asmara Abigail) yang memiliki ambisi untuk mencari kakaknya yang hilang setelah melamar pekerjaan ke P.O Box 888.
Beragam cara telah dilakukan Valdya untuk menemukan keberadaan sang kakak,
namun sampai 5 tahun berselang keberadaannya tak kunjung ditemukan. Satu -
satunya bukti yang dia punya hanyalah surat lamaran kerja kakaknya ke
P.O Box 888 yang informasi mengenai perusahaannya tidak bisa ditemukan.
Episode yang terakhir ini sebenarnya memiliki misteri yang bagus di awal, tapi
karena durasinya yang singkat, dan karena ada banyak sekali hal yang ingin
ditampilkan membuat ceritanya jadi kurang berkesan.
Final fight-nya pun terasa kurang berkesan, baik itu karena polesan
CGI-nya yang masih buruk, atau karena terlalu banyak karakter yang tiba - tiba
nongol dan langsung meninggal di akhir episodenya.
Terlalu banyaknya scene yang ingin ditampilkan di episode ini dan
justru faktor itulah yang membuat P.O Box ini terlihat kurang memuaskan.
Kasusnya mirip kayak film Spider-Man 3 atau
Batman vs Superman: Dawn of Justice yang dimana dalam satu film ada
banyak sekali villain yang muncul. Akibatnya, pendalaman karakternya
menjadi sangat minim sehingga waktu ada karakter yang meninggal rasanya kayak
biasa aja, nggak ada perasaan emosionalnya sama sekali.
Episode P.O Box ini saya kasih score 5 mengingat masih banyaknya
kelemahan yang ada di dalamnya, baik itu dari segi cerita, CGI, ataupun
ending-nya yang menurut saya masih terasa kurang menggairahkan.
***
Overall, Joko Anwar's Nightmares and Daydreams adalah series
sci-fi supranatural yang menarik dan unik buat kalian tonton. Baru kali
ini ada sutradara dari Indonesia yang berani bikin series yang penuh dengan
banyak ide gila dan liar kayak gini.
Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada di dalamnya, series ini masih
sangat seru buat kalian tonton. Saya kasih apresiasi penuh buat Joko Anwar
yang berani bereksperimen kayak gini. Walaupun hasilnya masih kurang, besok di
season selanjutnya masih bisa ditingkatin lagi kok, toh negara ini butuh orang
- orang yang kayak gini biar industri filmnya bisa makin maju, biar nggak
mentok di genre horor sama drama keluarga doang.
Nah, buat kalian yang udah nonton series-nya, kira - kira bagaimana nih
pendapat kalian? Silahkan tulis di kolom komentar.
Jangan lupa selalu kunjungi blog
Film Corner
untuk mendapatkan review atau rekomendasi seputar
film
atau
series
lainnya.
Terima kasih.